Cerita ini bermula saat aku berumur 15 tahun tepatnya baru
duduk di kelas 1 SMU. Nama ku Lintang
Pratama. Aku dikaruniai wajah tampan dan
cute, postur tubuhku seperti kebanyakan anak lelaki remaja yang sedang
bertumbuh, tinggi 169 cm dan berat 55 kg, ramping, kencang dan beberapa otot
yang mulai muncul karena aku hobby bermain futsal dan renang. Oh ya, aku memiliki kulit yang tidak gelap
dan juga tidak putih, dari banyak orang yang kutemui mereka mengatakan kulit tubuh
ku berwarna kuning langsat, “So…ok, aku terima pendapat semua orang”. Rambut ku berponi kesamping yang mulai
lebat membuat wajah ku makin terlihat
cute dengan bibir ku yang masih merah alami karena aku tidak pernah mencoba
untuk merokok sehingga makin banyak cewek-cewek di sekolah yang tergila-gila
terhadap diriku. Dari semua cewek di
sekolah yang mengejar-ngejarku hanya ada satu cewek yang benar-benar bisa
memenangkan hatiku yaitu anindiya putri. Aku sudah menjalani pacaran selama 2 bulan
dengannya.
Aku adalah anak semata wayang. Dirumah aku tinggal bersama Ayah, Ibu dan
pembantu laki-laki ku yang bernama Sutejo, aku biasa memanggilnya mas Tejo
karna umurnya baru sekitar 29 tahun.
Ayah bekerja sebagai Kepala Kepolisian lalu lintas di kota ku dan Ibu
bekerja sebagai seorang banker di sebuah bank swasta terkemuka di negeri
ini. Kedua orang tua ku sangat sibuk,
jadi biasanya sepulang sekolah aku hanya berdua dengan pembantu dirumah sampai
malam saat kedua orang tua ku pulang bekerja.
Ayah mendidiku dengan sangat keras ia
menerapkan hukuman semi militer apabila aku kedapatan melakukan kesalahan ,
melanggar aturan yang ditetapkan orang tua ku atau nilai-nilai sekolah yang
jelek akan membuat diriku mendapat hukuman siksaan secara fisik. Pernah sesekali aku kedapatan berbohong dan
ayah menyuruhku melakukan push up sebanyak 100 kali dihalaman belakang dengan
hanya mengenakan celana dalam yang membuat ku hampir jatuh pingsan. Lecutan ikat pinggang juga kadang-kadang jadi
alternative bagi ayah dalam menghukum ku.
Jadi aku sering berpikir dua kali kalau mau melakukan hal-hal yang
sekiranya akan membuat Ayah marah. Lain
halnya ayah, Ibu malah sangat memanjakan diriku dengan memberikan apa yang aku
mau walau harus melalui perdebatan yang sengit dengan ayah.
cerita ini selanjutnya akan focus
kepada pembantuku mas Tejo yang telah mengubah kehidupan masa remaja ku. Saat pertama kedatangannya dari salah satu
desa di jawa tengah terlihat tidak ada yang aneh dengan kepribadian mas Tejo,
pembawaannya sangat santun, ramah dan cepat akrab, walau terlihat sepintas
menurutku perilakunya terlalu lembut bagi seorang lelaki, tetapi aku berfikir
mungkin wajar karena dari desa apalagi di jawa tengah yang terkesan
orang-orangnya ramah dan santun.
Perilaku mas Tejo yang santun dan lembut berbanding terbalik dengan
postur tubuh yang agak berotot, berkulit coklat tua, dengan kontur wajah yang
tegas yang menggambarkan sebagai seorang lelaki sejati walau tingginya hanya
sekitar 165cm.
Setelah hampir 2 bulan bekerja di
rumah, barulah secara perlahan aku mulai menangkap gelagat aneh dari perilaku
dan sikap mas Tejo terhadap diriku. Hal
itu terlihat saat aku tengah mendapati hukuman dari ayah yang menyuruh ku untuk
push up dengan hanya mengenakan celana dalam di halaman belakang. Aku sempat melihat wajah mas Tejo dari
kejauhan yang sedang memandangiku dengan tatapan aneh, Ia seolah menikmati
pemandangan tubuh remaja ku yang ramping
dan kencang sedang bermandikan keringat karena melakukan push up. Bukan hanya sesekali itu saja, pernah juga Ia
memandangiku saat aku keluar kamar mandi dengan hanya pinggang berlilitkan
handuk. Tatapannya begitu tajam dan sembunyi-sembunyi bila ia sedang
memperhatikan ku saat keadaan shirtless.
Beberapa kejadian itu membuat ku makin merasa aneh dengan sikap mas Tejo.
Akhinya aku memberanikan diri untuk
menanyakan ke mas Tejo tentang sikapnya itu.
Sore hari setelah pulang habis bermain futsal aku masuk rumah dan
kulepas kaos futsal ku karena rasa gerah dan keringat yang sudah membasahi tubuh
ku. Hingga aku hanya bertelanjang dada
berjalan menuju dapur untuk mengambil minum di kulkas. Didapur kulihat ada mas Tejo sedang mencuci
beberap piring namun lagi-lagi mas Tejo secara sembunyi-sembunyi mencuri
pandang kearahku dan aku merasakannya dan melihat pantulan dari pintu kulkas
yang berbahan stenlis. “Hayooo…mas Tejo ngapain ngliatin aku terusss….” sergap
ku sambil berbalik badan dengan nada sedikit bercanda. Seketika juga aku
melihat wajah mas Tejo yang gelagapan seperti salah tingkah. “ ah …den lintang
bisa aja…nggak kok , aku Cuma liat den Lintang kok kelihatannya capek banget.
gitu lo den”. jawab mas Tejo ngeles, tapi muka salah tingkahnya tetap aja gak
bisa di bohongin. “ ah bohong ni mas Tejo, kemaren juga waktu aku lagi di hukum papah
push up Cuma pake celana dalam doang, mas Tejo juga ngilatin aku
terus..hhayoooo..knapaa..??.” kejar ku lagi, “ ya, itu kan , karena aku kasian
ama aden toh, kasian liat den lintang di hukum kayak gitu, “ mas Tejo ngeles
lagi. “ yang bener..?? “ kejar ku lagi, “ iya den, masa saya liatin den lintang
karena yang lain-lain, ya gak lah den” mas Tejo terus membangun benteng
pertahanan dengan kalimat-kalimatnya. “ ohh….syukurlah…heheheee..” kataku dan
langsung cabut ke kamar. Namun aku masih
penasaran dengan wajah salah tingkahnya saat di dapur tadi. “ hmm aneh juga pembantu ku, semoga ini Cuma
padangan ku aja yang salah , hmm dari pada mikirin si mas Tejo mendingan aku tonton
6 keping dvd Miyabi yang ku pinjam dari teman ku”. ucap ku dalam hati. Ok
showtime.
Keesokan pagi………………
“OH my Gooddd !!! terlambat…”pekikku,
terperanjat ketika melihat udah jam 7 kurang 15. Dengan sigap aku langsung lompat dari tempat
tidur dan masuk kekamar mandi, dalam sekejap seragam sekolah sudah melekat di
tubuh ku, aku langsung berlari ke garasi mengambil motor dan hanya sempat
memberi salam sama mama di meja makan dan langsung ngebut ke sekolah. Akhirnya pintu sekolah masih terbuka ,
soalnya bisa gawat kalau telat hari ini karena berhubung ada ulangan fisika.
Bahaya kalau ulangan fisika sampai jeblok, hukuman dari papa pasti menanti . Ulangan fisika seIesai, pas jam istrahat
seperti biasa aku jajan bareng sama Anindiya pacarku di kantin. Tiba-tiba
pundak ku di tepuk dari belakang “halo boyyy,,gmana barang yang gw pinjemin mantep kan….???”
ternyata si bagas dateng sambil sok asik bikin aku kaget, “iyaa,, mantep,, gw
udah nonton smuanya…,.tapiii” balas ku ke bagas..
”tapi knpa bro ..???”
“gak , gak papa gas” balas ku ke
bagas yang kemudian berlalu berjalan ke tempat mie ayam. Aku mengingat kembali
kalo tuh DVD masih berserakan di tempat tidur .” astaga,,,,bisa mampus kalo
sampai papa yang nemuin tuh kepingan DVD” ucap ku dalam hati yang membuat wajah
ku termenung ditangkap oleh Anindya, “kamu knpa sih beb, ko jadi bengong
gitu…?? emang barang apaan sih ..??.” “ngahh…eh..gak kok…Cuma DVD music aja, gak-gak
apa-apa kok” balas ku coba mencairkan suasana.
Pulang sekolah aku memacu motor dengan kencang agar cepat-cepat sampai rumah,
supaya bisa langsung beresin kepingan DVD Miyabi yang masih berserakan di
tempat tidur, semoga aja bukan papa yang nemuin , kalo mama sih gak mungkin
karena jarang banget mama naik ke kamarku, yang pasti sih mas Tejo karena di
yang setiap hari beresin kamar ku, tapi gak apa-apa kalo mas Tejo yang nemuin ,
kan nanti tinggal aku minta balikin aja selasai atau malah dia gak ngerti kalo
itu kaset bokep miyabi. Udalah yang
penting bukan papa, karena tadi pagi papa kan udah berangkat duluan.
Sesampainya dirumah aku langsung
bergegas naik ke kamar ku dan begitu ku buka pintu, tempat tidur sudah tertata
rapih. Laptop sudah ada di meja belajar
dan kepingan DVD miyabi yang tadinya ada di atas tempat tidur sudah tidak ada. Aku bergegas ke belakang menemui mas Tejo
untuk menanyakan kepingan DVD itu dan aku berpikir pasti mas Tejo yang
menyimpannya. Mas Tejo ternyata ada di pantry belakang lagi asik menyetrika
baju “mas Tejo tadi waktu beresin kamar liat kepingan-kepingan DVD yang ada di atas tempat tidur gak..?” Tanya
ku dengan sedikit waswas, “ ohh….ada den, dvd film bf itu kan ?? tp nanti mas Tejo
mau kasih ke Papah aden, soalnya papah den Lintang yang udah nitip pesan kalo
ada barang-barang yang aneh-aneh yang mas Tejo temukan di kamar den Lintang
harus di kasih tahu ke Tuan Besar” jawab Tejo panjang lebar “ ih, mas Tejo apa-apain sih..?? jahat
bgt…sini mas mana dvdnya..??? balas ku dengan gusar dan agak memaksa agar mas Tejo
mau mengembalikannya. “gak bisa den, nanti mas Tejo dimarahin sama Tuan, trus
nanti mas Tejo di pecat den” balas mas Tejo
yang membuat ku tambah kesal, “trus mas Tejo maunya apa sih..?” tanyaku
ku kesal, mas Tejo berbalik badan dan
menatap ku dengan pandangan aneh “kalo mau kaset DVDnya nda mas laporin ke papa
aden, mas Tejo mau menghukum den Lintang, gmana…..???”. Sumpah aku sangat kaget dengan perkataan mas Tejo
barusan, bisa-bisanya dia berpikir mau menghukum ku padahal dia hanya seorang
pembantu sedangkan aku anak majikannya, aku berpikir apa memang papa yang
menyuruh mas Tejo untuk memata-mataiku, huhhh pikiran ku jadi kacau.
“gmana den lintang ??? pilih di hukum papa atau sama mas Tejo aja…??? Lamunanku terbuyarkan dengan pertanyaan mas Tejo , sungguh aku langsung memandang mas Tejo dengan kesal, tapi aku sadar posisiku dalam kedaan terjepit dan aku berpikir dari pada dihukum papa dengan keras lebih baik mas Tejo saja yang menghukumku, dia kan hanya pembantuku gak mungkin berbuat yang macam-macam pikirku. “trus mas Tejo mau ngehukum ku apa…???” tanya ku dengan nada memelas dan sikap pasrah.
“gmana den lintang ??? pilih di hukum papa atau sama mas Tejo aja…??? Lamunanku terbuyarkan dengan pertanyaan mas Tejo , sungguh aku langsung memandang mas Tejo dengan kesal, tapi aku sadar posisiku dalam kedaan terjepit dan aku berpikir dari pada dihukum papa dengan keras lebih baik mas Tejo saja yang menghukumku, dia kan hanya pembantuku gak mungkin berbuat yang macam-macam pikirku. “trus mas Tejo mau ngehukum ku apa…???” tanya ku dengan nada memelas dan sikap pasrah.
Tanpa berbicara mas Tejo menarik
tangan ku menuju ke kamarku yang terletak di lantai atas. Sesampainya di kamar
mas Tejo meminta ku untuk membuka baju dan celana seragam sekolah dan hanya
menyisakan celana dalam saja. Akupun
menurutinya saja karena ku berpikir mungkin mas Tejo akan menghukum ku sama
dengan seperti yang biasa Papa lakukan dengan menyuruh push up atau lainya. Setelah menanggalkan baju dan celana seragam
sekolah, Aku melihat tatapan mas Tejo yang begitu aneh seolah menikmati keadaan
tubuh ku yang Cuma mengenakan celana dalam saja. Nafas mas Tejo pun terdengar menderu seperti
orang yang nafsunya mulai bangkit. Aku
hanya terdiam menunggu perintah mas Tejo yang akan segera menghukum ku. Mas Tejo menyuruhku untuk tidur terlentang di
atas tempat tidur yang berukuran single.
Aku jadi semakin heran akan apa yang hendak mas Tejo lakukan. “ mas..,
emang mau di hukum kayak apa sih..?? ko pake di suruh tiduran di kasur segala”
Tanya ku dengan kesal dan heran, namun aku tidak menaruh curiga, karena pikiran
ku masih polos tentang hal-hal percintaan sesama jenis. “udah, aden nurut saja supaya nda tak lapor
ke papa aden” jawab mas Tejo mengancam dengan perkataan yang menjadi senjata
pamungkasnya.
Posisi ku sudah terlentang
seolah pasrah dengan tubuhku yang hanya
mengenakan celana dalam, ditambah dengan pikiran ku yang semakin bingung
terhadap hukuman yang akan diberikan mas Tejo. Ditengah kebingungan, aku semakin terkejut ketika mas Tejo
mengeluarkan dua pasang borgol milik papa , “ mas tejo apa…apaaann sih…??!”
ucap ku dengan nada tinggi sambil hendak bangun dari posisi terlentang, tapi
dengan sigap mas Tejo segera menindih tubuhku dengan tubuhnya yang ukurannya
lebih besar dari tubuh ku. Aku panik,
dan dengan sekuat tenaga aku berusaha melawan tapi sangat sulit karena memang
tubuh mas Tejo lebih besar dari tubuh remaja ku yang ramping. Dengan keras mas Tejo mencengkram kedua
tangan ku dan di posisikan di atas kepala ku. “mas Tejoo…apa…apaann nih…..aku
mau diapaain mas….??” Ucap ku dengan panic sambil meronta. “aden diam saja…kan
tadi sudah janji mau dihukum sama mas” suara mas tejo terdengar parau dengan
nafas yang menderu menghempas wajahku.
“iyaa…tapi jangaan kayak gini mas, aku takut…”balas ku sambil mengiba
berharap mas Tejo melepaskan cengkreman tangannya terhadap tanganku. Tapi bukannya tangan ku dilepaskan, malahan
terdengar suara “kreek” dua kali dan seketika kedua tangan ku sudah terikat
borgol yang terkait di kepala tempat tidurku yang memang terbuat dari besi. Aku semakin takut, walau sering di hukum
keras oleh papa , tapi perasaan ku tidak pernah setakut ini, dan hukuman papa
tidak pernah sampai memborgol ku.
Udara mulai terasa panas karena AC
didalam kamarku dalam keadaan mati dan jendela tertutup membuat tubuh ku yang
terlentang dan terikat borgol mulai berkeringat di tambah lagi mas Tejo masih
menindih tubuh ku. Aku tidak tahu apa
yang akan mas Tejo lakukan selanjutnya.
Aku mulai merasa aneh ketika mas Tejo masih menindih ku dan wajahnya
menatapi kuterus seperti orang yang sedang jatuh cinta “aden cakep banget,
sejak awal mas Tejo suka sama Den Lintang, tubuh den Lintang juga bagus
kulitnya mulus, mas Tejo suka, pokoknya hari ini Den Lintang milik mas Tejo.”
Ucap mas tejo yang membuatku shock, bagai tersambar petir aku mendengar
perkataan mas Tejo barusan, ternyata mas Tejo seorang homo. “mas Tejo, Lintang
mohon lepasin mas…aku bukan homo mas, aku cowok normal mas….”ucap ku
memohon di tengah ketidakberdayaan. Permohonan ku nampaknya sia-sia mas Tejo
bukannya melepaskan ku dari dekapannya tetapi bibirnya malah mulai bergerilya
menciumi pipi dan menjalar kebagian leherku.
Leherku terus di kecupi dan dijilati dengan penuh nafsu oleh mas Tejo,
nafas mas Tejo semakin terdengar memburu di ruangan yang hening. Aku merasakan leher ku sudah mulai basah karena
jilatan demi jilatan lidah mas Tejo. Aku
sebagai cowok normal merasa terhina dengan perlakuan ini “mas ..tejo..jangaan
mas…..lepasin aku mas…aku gak mau di giniin.” ucap ku kembali memelas, tapi mas
tejo tetap saja tidak menghiraukannya dan malah asik menjelajah bagian tubuh ku
yang lain. Bibir mas Tejo kini sudah
mulai mengecup dan menjilati bagian dada ku yang mulai membidang serta puting
susu ku yang mungil berwarna coklat muda secara bergantian dihisap-hisapnya
dengan penuh nafsu sementara tangan kanannya ku rasakan sudah mulai masuk ke
balik celana dalam dan meremas-remas serta mengocok pelan penis ku yang masih
tertidur. Dalam akal sehat, aku merasa
harga diriku sebagai cowok remaja normal merasa terinjak-injak dan menolak apa
yang dilakukan mas Tejo, tetapi perlakuan cabul yang mas Tejo lakukan terhadap
tubuhku seolah membangkitkan perasaan lain yang tersembunyi dalam diriku. Aku mengakui hisapan dan jilatan mulut mas
Tejo di dada dan puting ku secara perlahan membangkitkan sebuah rasa nikmat yang
mulai menjalar di tubuh dan pikiranku serta semakin menjadi ketika tangan kekar
mas Tejo mulai membelai, meremas, dan mengocok penis remaja ku yang telah
bersunat itu perlahan menjadi keras dan mengacung tegak di balik celana dalam
yang ku kenakan . “mas…saya mohon berhenti mas…mmphhh…lepasin saya
mas…mmmphhh..mmpphhh.” ucapan penolakan ku terhadap perlakuan mas Tejo secara
tidak sadar mulai dibarengi dengan rintihan –rintihan kecil yang keluar dari
mulutku “ssshhsshh….mas…sudahh mas…lepasin Lintang..mas..Lintang
takut..mass…mmmpphhhhh….sshhh” . Aku
tidak mengerti apa yang terjadi dengan tubuh dan pikiranku yang seolah-olah
secara perlahan terbawa masuk kedalam permainan Mas Tejo. Tangan kekar mas Tejo makin kencang mengocok
penis ku di balik celana dalam. “mmphhhh….mas Tejoo…mmmpphhh mass….”. Cuma itu
yang dapat keluar dari mulutku dan tidak ada lagi kata penolakan yang keluar
dari bibir ku. Tiba-tiba mas Tejo
menghentikan hisapan di puting ku, secara tiba-tiba dia memaksa melumat bibirku
dan dengan anehnya aku pasrah membuka bibirku dan membiarkan bibir ku di lumat
habis oleh mas Tejo yang membuat ku hampir kehabisan nafas. Setelah puas dengan bibir ku mas Tejo kembali
menjilati bagian dada dan putingku lalu jilatannya turun ke area perut ku yang
ramping dan mulai menonjolkan otot sixpack yang masih agak tersamar. Aku lupa bahwa aku sedang dicabuli oleh mas
Tejo dalam keadaan kedua tangan terikat.
Kecupan dan jilatan bibir mas Tejo di tiap bagian tubuh perjakaku
benar-benar telah membuat ku terbang ke awan dan semakin penasaran akan
perlakuan mas Tejo selanjutnya.
“shhhs….mmmpphhh….mas..uhhhh” aku semakin mengerang tak karuan menahan jilatan-jilatan
di tubuh ku di tambah kocokan terhadap penis ku yang semakin kencang membuat
tubuh ku secara spontan menggelinjang kenikmatan akan badai birahi yang mulai melanda. Aku bukan homo tetapi aku sepertinya mulai
suka terhadap permainan ini.